KAJIAN AKTIVITAS DAN KARAKTERISASI SENYAWA ANTIMIKROBA DARI SUSU KUDA OLEH DIANA HERMAWATI


Diana Hermawati

Susu Kuda Sumbawa Dapat Meningkatkan Imun Seluler

Namun akhir-akhir ini dimasyarakat banyak beredar susu kuda yang dari pulau Sumbawa yang dipromosikan sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit (Sujaya dkk, 2008). Hasil penelitian in vivo, menunjukkan susu kuda yang mengalami autofermentasi dapat meningkatkan imunitas terhadap vaksin hepatitis A pada mencit Balb/c (Susmito dkk, 2006). Protein susu kuda pasteurisasi dan fermentasi berperan sebagai imunomodulator pada respon imun humoral dan menstimulasi aktivitas fagositosis pada mencit Balb/c. Studi in vitro menunjukkan susu kuda Sumbawa mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella typhi, Staphylococcus aures, Escherichia coli, Shigella boydii (Herawati dkk, 2004)Vibrio cholera, Pseudomonas auruginosa, Salmonella Typymurium (Herawati, 2005) Mycobacterium tuberculosis baik isolat standar maupun isolat klinis (Pana, 2004)

Pada mencit yang telah diberikan susu kuda Sumbawa secara in vivo dan secara invitro makrofag peritoneum diinfeksi bakteri S.typhimurium menunjukkan peningkatan rata-rata jumlah bakteri S.typhimurium yang terfagosit. Hal ini menunjukkan bahwa komponen dalam susu kuda Sumbawa mampu meningkatkan kapasitas reseptor yang dimiliki oleh makrofag dan juga meningkatkan produksi sitokin-sitokin yang mengaktivasi makrofag. Menurut  Perdigon et al pemberian susu fermentasi yang  mengandung salah satu bakteri Lactobacillus acidophilus, Lactobasillus casei rharmonus atau keduanya secara in vitro dan in vivo dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag peritoneum mencit (Perdigon dkk, 1988).

Peningkatan indeks fagositosis makrofag dalam penelitian ini dipengaruhi kandungan bakteri asam laktat yang terkandung dalam susu kuda Sumbawa yang menginduksi produksi sitokin dan berperan dalam aktivasi makrofag. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bakteri asam laktat (BAL) yang berperan sebagai probiotik memiliki kemampuan sebagai aktivator yang kuat untuk sistem imun alami karena mempunyai molekul yang spesifik pada dinding selnya. Dinding sel BAL tersusun atas  peptidoglycan (30-70 % dari total dinding sel), polysaccharide dan lipoteichoic acid. Spesifik reseptor  pada pepridoglycan mempengaruhi limfosit atau makrofag yang dikenali oleh reseptor makrofag toll like receptor (TLR). Toll like receptor menjembatani sistem imunitas alami ke sistem adaptif dengan menginduksi berbagai molekul efektor dan kostimulator. Dalam perannya tersebut, TLR mampu menginduksi respons imun baik ke arah Th1 maupun T.regulasi. Sinyal dari TLR dapat mengaktifkan respon imun non spesifik,  dengan cara merangsang produksi berbagai protein penting yang terdapat pada makrofag. Toll Like Receptor (TLR) terutama mengenali sejumlah besar patogen yang berhubungan dengan PAMPs (Pathogen Associated Molecular Patterns) (Roitt, 2001).

 

Daya Hambat Mikroba

Hasil pengujian Hermawati (2005) di Laboratorium Balai Pengujian Mutu dan Produk Peternakan (BPMPP) Bogor Jawa Barat terhadap susu kuda Sumbawa yang disimpan pada bulan ke 1, 2, dan 3 ditemukan adanya Lactobacillus casei dan Lactobacillus sp lainnya dan hasil penelitian Makmun dan Purwanta (2008) menunjukkan bahwa kolostrum susu kuda Sumbawa dalam bentuk whole milk memiliki daya antimikroba lebih baik dibandingkan jika susu kolostrum tersebut dipisah menjadi supernatan dan sedimen. Dengan demikian sediaan kolostrum susu kuda dalam bentuk cair murni masih merupakan cara yang baik dalam penyimpanan dan penjualan kolostrum susu kuda Sumbawa.

Menurut Hermawati (2005) setelah disimpan selama 5 bulan dalam suhu kamar susu kuda Sumbawa selain tidak rusak, juga tidak pecah meskipun sudah mengalami fermentasi alami. Fermentasi alami ditandai dengan pH-nya yang turun sampai 3,5 dan tetap homogen atau tidak ada endapan serta gumpalan. Fermentasi alami susu kuda Sumbawa disebabkan oleh adanya BAL sehingga menyebabkan pH-nya menjadi (2,73 – 4,25) dan menyebabkan rasa susu menjadi asam.

Aktivitas antibakteri ini diduga pengaruh dari kandungan susu kuda Sumbawa yang telah diteliti oleh Hermawati dkk. (2004) yang menemukan senyawa antimikroba pada SKS yang disebut galaktoferin dengan berat 61.0 kD. Galaktoferin merupakan salah satu jenis laktoferin yang juga ditemukan pada susu sapi. Laktoferin merupakan senyawa golongan glikoprotein dengan BM 75.000 kD ditemukan oleh Sorensen pada tahun 1939. Laktoferin merupakan bagian dari protein air susu sapi. Laktoferin mempunyai afinitas sangat besar dan spesifik terhadap besi sehingga dikenal sebagai bakteriosida dan bakteriostatik dengan cara mengikat dan mengambil besi yang dibutuhkan oleh mikroba patogen (Arnold dkk, 1977).

Susu kuda Sumbawa juga mengandung bakteri asam laktat yang berperan sebagai bakteri penghasil senyawa antimikroba. Dua isolat yang diisolasi dari susu kuda Sumbawa mempunyai kemampuan untuk membentuk massa sel yang baik serta dapat menghambat beberapa bakteri patogen. Isolat yang telah diidentifikasi tersebut adalah Lactobacillus rhamnosus (Sujaya dkk, 2008).

Susu kuda Sumbawa mempunyai sifat asam (pH 3,5). Sifat asam ini disebabkan oleh kemampuan susu kuda Sumbawa melakukan autofermentasi (Hermawati dkk, 2004). Susu kuda Sumbawa mengandung laktosa 4,31%, bakteri asam laktat yang terdapat dalam susu ini akan memfermentasi laktosa menjadi asam laktat.

Keasaman susu kuda Sumbawa diduga disebabkan oleh hasil fermentasi bakteri asam laktat yang terdapat pada susu tersebut. Asam laktat merupakan asam organik yang banyak digunakan untuk preservasi makanan. Asam organik mempunyai aktivitas antimikroba berdasarkan derajat keasaman (pKa) dan presentase jumlah molekul asam yang tidak terdisosiasi (Ray & Daschel, 1992).

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar